Senin, 26 Desember 2016

Syarat-syarat Bai’at Masuk kedalam Jemaat Islam Ahmadiyah

Assalamu'alaikum wr. wb.

Salah satu tugas Masih Mau'ud atau Imam Mahdi as (MGA) adalah Membunuh sifat-sifat Dajjaliyah melalui "Meremajakan Moral dan Revolusi Ruhani Manusia".

Bagaimana caranya? Mari kita simak bersama penjelasannya sbb:
Rasulullah SAW, bersabda : “Tidak ada orang yang kuasa membunuh Dajjal kecuali Isa bin Maryam”. (At-Thayalisi dan Sunan-nya :327)

Tugas membunuh Dajjal, telah dan sedang di lakukan oleh Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad di seluruh penjuru dunia, melalui pengambilan sumpah setia (bai’at), bahwa ia tidak akan mempersekutukan Allah, tidak akan bohong, zina, pandangan birahi terhadap bukan muhrim, aniaya, fasik, huru-hara, berontak dan tidak akan dikalahkan oleh hawa nafsunya. Akan senantiasa mendirikan shalat lima waktu, ditambah shalat tahajud. Akan mendahulukan agama dari pada kepentingan dunia.

Dajjal bukan nama orang atau nama wujud. Dajjal adalah nama sifat, yang dapat di sandang oleh seseorang atau suatu kaum, dan dapat di sandang oleh siapa saja – orang Yahudi, Kristen, Hindu, Budha, bahkan oleh orang Islam sendiri.

Dajjal juga adalah sikap hidup yang lebih mengutamakan urusan dunia dan melupakan akhirat. Itu sebabnya, Dajjal, di dalam Hadits oleh Rasulullah SAW., disebut pece bermata satu, dan di keningnya terdapat tulisan k-f-r (kafir). Itulah sebabnya membunuh Dajjal dilakukan dengan cara mengambil sumpah setia (bai’at), karena membunuh Dajjal bukan membunuh fisik/wujud seseorang atau suatu kaum, tapi membunuh sifat seseorang atau suatu kaum yang memiliki sifat-sifat Dajjal. Membunuh Dajjal dilakukan melaui "Bai'at untuk Meremajakan Moral dan Revolusi Rohani Manusia" Bahwa Ahmadiyah bertujuan meremajakan moral dan sepiritual umat manusia, tercermin jelas pada 10 butir syarat-syarat bai’at, masuk ke dalam Jamaah Ahmadiyah, sbb:
  1. Di masa yang akan datang hingga masuk ke dalam kubur senantiasa akan menjauhi syirik.
  2. Akan senantiasa mengindarkan diri dari segala corak bohong, zina, pandangan birahi terhadap bukan muhrim, perbuatan fasiq, kejahatan, aniaya, khianat, mengadakan huru-hara, dan memberontak serta tidak akan dikalahkan oleh hawa nafsunya meskipun bagaimana juga dorongan terhadapnya.
  3. Akan senantiasa mendirikan shalat lima waktu semata-mata karena mengikuti perintah Allah Ta’ala dan Rasul-Nya, dan dengan sekuat tenaga akan senantiasa menegakkan Shalat Tahajjud, dan mengirim salawat kepada Junjungannya Yang Mulia Rasulullah s.a.w. dan memohon ampun dari kesalahan dan mohon perlindungan dari dosa; akan ingat setiap saat kepada nikmat-nikmat Allah, lalu mensyukurinya dengan hati tulus, serta memuji dan menjunjung-Nya dengan hati yang penuh kecintaan.
  4. Tidak akan mendatangkan kesusahan apa pun yang tidak ada pada tempatnya terhadap makhluk Allah umumnya dan kaum Muslimin khususnya karena dorongan hawa nafsunya, biar dengan lisan atau dengan tangan atau dengan cara apa pun juga.
  5. Akan tetap setia terhadap Allah Ta’ala baik dalam segala keadaan susah atau pun senang, dalam duka atau suka, nikmat atau musibah; pendeknya, akan rela atas keputusan Allah Ta’ala. Dan senantiasa akan bersedia menerima segala kehinaan dan kesusahan di jalan Allah. Tidak akan memalingkan mukanya dari Allah Ta’ala ketika ditimpa suatu musibah, bahkan akan terus melangkah ke muka.
  6. Akan berhenti dari adat yang buruk dan dari menuruti hawa nafsu, dan benar-benar akan menjunjung tinggi perintah Al-Qur’an Suci di atas dirinya. Firman Allah dan sabda Rasul-Nya itu akan menjadi pedoman baginya dalam tiap langkahnya.
  7. Meninggalkan takabur dan sombong; akan hidup dengan merendahkan diri, beradat lemah lembut, berbudi pekerti yang halus, dan sopan-santun.
  8. Akan menghargai agama, kehormatan agama dan mencinatai Islam lebih daripada jiwanya, hartanya, anak-anaknya, dan dari segala yang dicintainya.
  9. Akan selamanya menaruh belas kasih terhadap makhluk Allah umumnya, dan akan sejauh mungkin mendatangkan faedah kepada umat manusia dengan kekuatan dan nikmat yang dianugerahkan Allah Ta’ala kepadanya.
  10. Akan mengikat tali persaudaraan dengan hamba ini (Imam Mahdi dan Al-Masih Al-Mau’ud a.s.) semata-mata karena Allah dengan pengakuan taat dalam hal makruf (segala hal yang baik) dan akan berdiri di atas perjanjian ini hingga mautnya, dan menjunjung tinggi ikatan perjanjian ini melebihi ikatan duniawi, baik ikatan keluarga, ikatan persahabatan ataupun ikatan kerja. (Ahmad, Isytihar Takmil Tabligh, 12 Januari 1889)
Mengenai tujuan Baiat, Pendiri Ahmadiyah sendiri berkata:
Janji bai’at ini bertujuan untuk mengumpulkan orang-orang benar yang tak dapat dipengaruhi dunia dan membawa berkat bagi Islam dengan berkhidmat untuk penyebarannya dengan cita-cita yang sama. Kelompok ini tidak boleh terdiri dari orang-orang Islam yang malas, tak berguna, dan bermulut besar yang melalui perpecahan dan amal buruk mereka telah menyebabkan kerugian tak terhitung bagi Islam serta mengotori wajah Islam yang bersih. Jamaah ini juga tidak boleh terdiri dari orang-orang yang mengisolasi diri, yang tidak mengenal kepentingan-kepentingan Islam dan kebutuhan manusia serta kesejahteraan mereka. Jamaah ini harus terdiri dari orang-orang yang menolong si miskin, menjadi ayah si yatim dan siap untuk menyerahkan hidup mereka demi pengabdian untuk Islam. (Ahmad, Qadian, 4 Maret 1889).

Tanah air kita, Indonesia, saat ini tengah dilanda krisis multidimensi : sosial, politik, ekonomi, budaya, hingga moral dan sepiritual. Untuk perbaikannya, tentu tidak akan cukup dan tidak akan selesai dengan mengamandemen UUD, atau menggantinya sekalipun. Berpuluhkalipun UUD diamandemen, atau bahkan berpuluh kalipun UUD diganti, jika manusianya tidak diperbaiki, krisis multi dimensi tetap saja akan melanda negeri, seperti yang sekarang kita sedang lihat di era yang katanya, bernama reformasi.

Metode Pendiri Jamaah Ahmadiyah, meremajakan moral dan sepiritual dengan jalan bai’at, sangat pasti merupakan solusi untuk mengatasi krisis multidimensi. Kita dapat membayangkan, bagaimana jika setiap anak negeri di negeri ini dapat menghayati dan mengamalkan butir demi butir 10 syarat bai’at, sebagaimana saat ini telah, sedang, dan akan terus dihayati dan diamalkan Jamaah Ahmadiyah. Dengan butir nomer 2 saja, pastilah di negeri ini, tidak perlu lagi ada UUAPP, tidak ada lagi yang namanya korupsi, kolusi, juga anarki. Negeri ini, pastilah akan menjadi negeri yang adil, makmur, sejahtera lahir bathin, dunia-akhirat. Indonesia berevolusi, dengan revolusi rohani.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar